Melek Digital, 80 Pelajar SMA di Kota Semarang Ikuti Workshop Literasi Digital di Universitas Semarang
Pencapaian Skor 3.61 Literasi Digital Provinsi Jawa Tengah di tahun 2022 diatas Indeks Nasional yang hanya 3,54 bukan berarti budaya melek digital di masyarakat baik-baik saja. Keberadaan Digital tetap membawa pengaruh buruk kalau tidak disikapi dengan bijak oleh penggunanya. Untuk itulah, Prodi S1 Sistem Informasi FTIK Universitas Semarang dalam dua tahun terakhir ini berkomitmen menyelenggarakan Literasi Digital ke Pelajar Sekolah.
Setidaknya dalam acaea Workshop Literasi Digital dan Technopreneurship yang dilangsungkan di Auditorium Ir. Wijatmoko, Selasa (11/12), 80 Pelajar SMA/SMK di Kota Semarang antusias mengikuti materi dengan tema Potret Gen Z di Era Digital.
Ketua Workshop, Rifqi Gusnar Mahendra dalam sambutannya menekankan pentingnya digital culture di kalangan pelajar untuk memasuki era digital. Digital culture sendiri memiliki dampak signifikan dalam membentuk cara berinteraksi, berperilaku dan berkomunikasi di dunia digital. Untuk itu, literasi digital tahun ini mencoba memberikan gambaran bagi pelajar untuk memiliki etika bijak dalam berselancar di dunia digital.
“Kalau dilihat dari Indeks Digital Culture di Indonesia justru tahun kemarin itu turun dari 3,90 menjadi 3,84. Inilah yang ingin kita ingatkan terus menerus ke anak muda, khususnya pelajar di level SMA/SMK agar berhati-hati dalam memberikan komen atau mengunggah konten di social media” ujar Rifqi Gusnar Mahendra.
Dalam workshop tersebut, Dekan FTIK Universitas Semarang, Prind Triajeng Pungkasanti, M.Kom yang juga menjadi pembicara memaparkan digital culture dapat terbangun dari individu yang sadar akan adat ketimuran dan melek aturan.
“Jangan menjadi hakim atas hidup orang lain di sosmed selama kita tidak tahu realitas yang sebenarmya. Digital hanya soal media, tapi etika berkomunikasi harusnya tetap sama seperti kehidupan real kita. Berkomentarlah yang patuh norma” ujar Prind Triajeng Pungkasanti, M.Kom
Tingkat kesadaran yang baik tentang Digital Culture tentu memberi dampak positif bagi pelaku content creator saat membuat konten yang akan diunggah di social muda. Setidaknya ini diakui oleh Pembicara Kedua, Grasienta Yopi Triyono, S.Kom
“Bukan soal konten apa yang kita bikin, kreator harus bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik dengan followernya. Jangan Cuma ngejar FYP saja, etika yang santun akan membuat Kreator akan bertahan lama” ujar Grasienta.