Nur Ashifa Senang Ikuti Latgab Relawan PMI di Waduk Jatibarang
SEMARANG – Menjadi relawan Palang Merah Indonesia (PMI) sangat menyenangkan karena bisa membantu masyarakat saat terkena musibah. Namun, untuk memberikan bantuan kemanusiaan, diperlukan pengetahuan yang memadai melalui pendidikan dan simulasi, sehingga relawan harus kompeten dan menjaga marwah.
Hal ini disampaikan oleh Nur Ashifa, salah satu peserta dari PMI Kota Semarang, saat mengikuti simulasi penanganan orang hanyut di Waduk Jatibarang pada Sabtu, 28 Desember 2024.
Ia mengaku senang karena untuk pertama kalinya mengikuti simulasi di bagian Pelayanan Pertolongan Pertama dan Evakuasi (PPE).
“Saya bergabung di PMI sebagai relawan baru setahun. Pada simulasi ini, saya berperan sebagai tim pertolongan pertama dan evakuasi. Saya belajar banyak tentang tanggap darurat kebencanaan bersama relawan dari Korwil 1 Jateng,” ungkap Nur Ashifa.
“Dalam simulasi ini, saya bertugas menangani korban hanyut yang mengalami perdarahan pada kaki kiri dan lengan kanan, serta membantu evakuasi ibu hamil. Saya berharap para relawan selalu menjaga marwah sebagai relawan kemanusiaan di PMI,” tambahnya.
Saat ini, PMI Kota Semarang menjadi tuan rumah Latihan Gabungan (Latgab) Relawan PMI Koordinasi Wilayah (Korwil) 1 Jawa Tengah yang berlangsung pada 27–29 Desember 2024.
Kegiatan ini diikuti oleh 132 peserta dari 11 kabupaten/kota, yaitu Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kendal, Demak, Kudus, Pati, Grobogan, Rembang, Blora, dan Jepara. Latgab berlangsung di Politeknik Bina Transfusi Darah (Polbitrada) dan Waduk Jatibarang, Semarang.
Ketua Paguyuban Korwil 1 PMI Jawa Tengah, Dr. dr. Awal Prasetyo, M.Kes., Sp.THT-KL, MM(ARS), mengingatkan relawan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran. Ia menekankan bahwa relawan PMI harus profesional dan memiliki keterampilan yang diperlukan.
“Niat saja tidak cukup. Relawan harus memiliki kemampuan teknis dan menjaga stamina,” ujar Awal Prasetyo.
Ia juga menyebutkan bahwa relawan yang sehat dan ramah lebih mudah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat yang ditolong.
Awal menambahkan, ada dua nilai utama yang membedakan relawan PMI dengan lainnya: kesadaran untuk melindungi kehidupan manusia dan keterampilan memberikan pertolongan pertama yang efektif.
“Relawan PMI harus mampu memberikan pertolongan dengan peluang hidup yang tinggi. Latgab ini merupakan bagian dari peringatan Hari Relawan Nasional pada 26 Desember yang diikuti ratusan relawan PMI di Waduk Jatibarang, Gunungpati, Kota Semarang,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua PMI Provinsi Jawa Tengah, Sarwa Pramana, SH, MSI, mengatakan bahwa relawan harus mampu memberikan respons cepat dalam membantu korban bencana.
“Jika malam ini atau besok pagi diperlukan untuk mendirikan dapur umum, jangan ditunda. Administrasi bisa diselesaikan belakangan, tetapi kebutuhan darurat harus segera ditangani,” ungkap Sarwa.
Sarwa juga menekankan pentingnya memastikan korban bencana mendapatkan kebutuhan dasar seperti tempat tinggal layak dan fasilitas memadai.
“Jangan biarkan korban, terutama anak-anak, kedinginan di tenda. Gunakan fasilitas pemerintah yang lebih nyaman, terutama di musim hujan,” tegasnya.
PMI Jawa Tengah, lanjutnya, memiliki tim khusus Water and Sanitation (Wash) yang siap menyediakan fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK), dan air bersih bagi korban di pengungsian.
“Kami memiliki pelatih bersertifikat nasional yang siap menangani kebutuhan sanitasi di lokasi bencana,” ujarnya.
Sarwa juga berharap tidak terjadi bencana besar seperti jebolnya tanggul yang dapat memicu banjir bandang.
“Jika hanya banjir luapan, masyarakat masih bisa bertahan. Namun, jika tanggul jebol, evakuasi besar-besaran harus segera dilakukan,” tambahnya.