Rektor USM Hadiri Diskusi “Agama dan Kemanusiaan” Bersama KH Munif Zuhri
SEMARANG- Rektor USM Dr Supari MT menghadiri kegiatan diskusi dan mauidhoh hasanah forum lintas profesi bersama KH Munif Zuhri di Pondok Pesantren Giri Kusumo Banyumeneng Mranggen Demak pada Sabtu malam, 15 April 2023.
Kegiatan yang dihadiri para kyai, akademisi dari Undip, USM, Unnes, Unissula, Upgris, serta praktisi dari Telkom ini mengupas tentang agama dan kemanusiaan. Mauidhoh hasanah disampaikan langsung oleh KH Munif Zuhri dengan dipandu Gus Ja’far.
Rektor USM Dr Supari mengaku senang dengan kegiatan ini karena bisa menentramkan hati dan bisa saling silaturahmi antar akademisi.
“Kegiatan ini rutin digelar setiap bulan dan kami senang karena bisa mendengarkan dan berinteraksi langsung bersama KH Munif Zuhri sehingga bisa menentramkan hati serta bisa menajlian silaturahm antar akademisi dari berbagai kampus,” ungkapnya.
KH Munif Zuhri dalam mauidhohnya menyampaikan bahwa jika memperhatikan dari berita dan medsos yang berkembang saat ini seolah dunia semakin tidak menentu mana yang baik mana yang buruk. Misalkan kita dihadapkan pada masalah rumah tangga, lingkungan, politik, dan lain-lain.
“Menurut pengalaman saya bahwa Allah berfirman Wa ma khalaqtul jinna wal insa illa liya’budun yang artinya kurang lebih Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.,” tutur KH Munif Zuhri.
Ayat ini menegaskanbahwa hamba itu tidak memiliki hak, tugasnya hanya satu yaitu mengikuti perintah dan menjauhi larangan. Sementara makhluk itu ada yang baik sekali yaitu malaikat dan ada mahkluk yang jahat sekali atau iblis dan di tengah-tengah ada manusia.
Diantara manusia ada golongan Auliya yang begitu tertarik pada akhirat dan lepas urusan dari duniawi, dalam perjalanannya selalu ingat Allah, bertasbih, dan bertahmid. Sementara ada golongan lain yaitu manusia yang hanya beramal hanya untuk duniawi, ia tidak meyakini kehidupan setelah mati. Posisi kita berada di tengah-tengah antara yang iman dan yang tidak iman.
“Kita tidak akan melepaskan kehidupan duniawi, diantara kita ada yang jadi pejabat, rektor, petani, praktisi dan lain-lain. Inilah pertarungan yang kita alami, jika seoarang wali majdzub ga ada masalah karena di hatinya hanya ingat Allah, sementara manusia seperti kita ini ada yang 80% untuk duniawai, 20% untuk akhirat dan ada yang sebaliknya 80% untuk akhirat, 20 % untuk duniawi sehingga nanti ada manusia yang kemalaikat-malaikatan (tidak nikah) dan ada juga yang kesetanan karena melakukan maksiat dan kita berada di tengah-tengah,” tambahnya.
“Melalui forum inilah kedepan saya berhasrat para akademisi dan lintas profesi ini bisa memberikan pencerahan di lingkungan masing-masing baik yang di pesantren, kampus maupun lingkungan kerja masing-masing sehingga kita bisa menyiapkan generasi yang enjoy/nyaman agar kitab isa menganal Allah melebihi kita mengenal diri sendiri karena kasih sayang Allah melebihi dari kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, ” ungkap KH Munif Zuhri.