Kampus

Peringati Hari Santri, Mahasiswa USM Gelar Upacara

SEMARANG- Mahasiswa Univerisitas Semarang (USM) yang tergabung dalam Forum Komunikasi Mahasiswa Islam (Fokmi) menyemarakkan peringatan Hari Santri Nasional (HSN) dengan menggelar Upacara di halaman Masjid Baitur Rasyid USM (22/10).

Kegiatan yang diikuti 50 an anggota serta Pembina Fokmi ini merupakan kali pertama dilaksanakan melalui upacara mandiri dengan busana ala santri. Selain itu juga dalam memperingati HSN ini anggota Fokmi putra diwajibkan untuk mengenakan sarung dan peci saat sholat selama lima hari kedepan.

Dalam sambutan Pembina Fokmi, Soiful Hadi ST MKom yang sekaligus memimpin upacara membacakan sambutan Menteri Agama dalam menyambut HSN tahun ini.

Pesantren adalah laboratorium perdamaian, pesantren merupakan tempat menyemai islam yang rahmatallil ‘alamin, islam yang ramah dan moderat dalam beragama. Sikap moderat dalam beragama sangat penting di masyarakat yang plural dan multikultural.

“Dengan sikap seperti inilah agama disikapi dengan bijak dan toleran sehingga perdamaian dapat terwujud. Santri sangat berkontribusi dalam merawat perdamaian dunia” tuturnya.

Ada beberapa alasan mengapa pesantren disebut sebagai laboratorium perdamaian, kesadaran harmoni beragama dalam berbangsa, perlawanan kultural di masa penjajahan, perebutan kemerdekaan, pembentukan dasar negara, tercetusnya resolusi jihad, melawan PKI dan seterusnya.
Metode mengaji dan mengkaji, selalu mendapatkan bimbingan, transfer ilmu langsung dari kyai, di pesantren juga diterapkan keterbukaan kajian yang bersumber dari berbagai kitab, bahkan sampai lintas mazhab, di kala muncul permasalahan santri muncul menggunakan metode bahstul masail. Untuk mencari kekuatan hukum dengan cara meneliti dan mendiskusikan.

Santri diajarkan untuk khidmah, mengabdi, ini merupakan ruh dan prinsip loyalitas santri yang dibingkai dengan paradigma etika agama dan realitas kebutuhan sosial.
Pendidikan kemandirian, kerjasama dan saling membantu di kalangan santri lantaran jauh dari keluarga, santri terbiasa hidup mandiri memupuk solidaritas dan gotong royong sesama pejuang ilmu.

Gerakan komunitas kesenian dan sastra tumbuh subur di pesantren, seni dan sastra sangat berpengaruh pada perilaku seseorang sebab dalam mengekspresikan perilaku yang mengedepankan kesan-kesan keindahan, harmoni dan kedamaian.

Selain itu, lahirnya beragam kelompok diskusi dalam skala kecil dan besar, Merawat khazanah kearifan lokal, relasi agama dan tradisi begitu kental dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Prinsip maslahat, kepentingan umum merupakan pegangan yang sudah tidak bisa ditawar di kalangan pesantren. Tidak ada ceritanya orang-orang pesantren meresahkan dan menyesatkan masyarakat, peran pesantren insya Allah damai di masyarakat.

Penanaman spiritual, tidak hanya soal hukum islam, atau fiqih yang didalamnya saja, tapi juga banyak lagi pesantren yang mengajari tazkiyatun nafsi yaitu proses pembersihan hati, biasanya dilakukan dengan amaliyah-amaliyah dzikir dan puasa sehingga akan menghasilkan fikiran yang bersih dan benar. Makanya santri jauh dari pemberitaan intoleransi, pemberontakan apalagi terorisme.
Selain membacakan sambutan Menteri Agama, Pembina Fokmi juga menagajak lepada para mahasiswa untuk nyantri atau ngaji kepada kiai.

“ Kami berharap mahasiswa USM tak hanya kuliah saja tetapi juga belajar ilmu agama dengan menjadi santri untuk bekal akherat kelak karena USM kampus umum sehingga materi agama harus ditambah melalui belajar dengan kiai” ungkap Saiful.

Saat ini anggota Fokmi USM ngaji kitab rutin setiap Selasa sore bersama Dr KH In’amuzzahidin MA di Pesantren Nurul Hidayah. Tentunya ini menjadi salah satu pegangan bagi seorang mahasiswa untuk tetap menimba ilmu agama di kalangan pesanten walau hanya sebagai santri kalong atau tidak menetap.

To Top