Kemahasiswaan
Diskusi Panel di USM, Generasi Muda Harus Jaga Nilai-Nilai Pancasila
SEMARANG – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pengawal Ideologi Bangsa (PIB) Universitas Semarang (USM) bekerja sama dengan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan Diskusi Panel, baru-baru ini.
Kegiatan ini dilakukan secara hybrid yaitu daring dengan zoom meeting dan luring di Aula Gedung Prof Ir Joetata, Lt. 6 USM. Kegiatan ini diikuti 150 peserta.
Narasumber kegiatan ini, Joko Triharmanto (ketua Yayasan Gema Salam) yang memaparkan materi mengenai ”Menyikapi Perbedaan, Meredam Radikalisasi Paham Keagamaan”.
Narasumber kedua Wakil Rektor III USM, Dr Muhammad Junaidi SHI MH, yang memaparkan materi ”Peran Generasi Muda dalam Mengisi dan Mempertahankan NKRI”.
Narasumber ketiga AKBP Arif Setiawan (kasubdit 1 Direktorat Intelkam Polda Jateng) dengan materi ”Pancasila Pemersatu dan Penangkal Disintegrasi”.
”Sebagai penerus bangsa kita wajib menjaga nilai-nilai keutuhan Pancasila,” kata Junaidi.
Menurutnya, setiap warga negara harus menjalankan dan menjaga nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Salah satunya dengan mengadakan kegiatan seperti ini, yang diadakan oleh adik-adik mahasiswa bekerja sama dengan Kesbangpol.
Menurut Joko Trihatmanto, ada beberapa penyebab sesorang menjadi radikal, di antaranya ideologi bahwa kelompoknya yang paling benar, kesenjangan sosial ekonomi (kemiskinan dan ingin mendapat harta dengan cara tidak benar), politik atau ketidak adilan (keberpihakan pemerintahan yang berkuasa pada salah satu kelompok), psikologi (ketidak harmonisan keluarga dan permasalahan pribadi/ kelompok), dan pendidikan (rendahnya tingkat mendidikan menyebabkan mudahnya terpengaruh informasi)
”Ada beberapa cara untuk meredam radikalisme, antara lain penguatan nila-nilai Pancasila, literasi digital (media sosial), menjaga nilai-nilai luhur budaya lokal, gotong royong, guyub rukun (ramah tamah), grapyak semanak (ramah tamah), lembah manah (rendah hati ), ewuh pekewuh (saling menghormati), pangerten (saling menghargai), andhap asor (berbudi luhur), tepo sliro (tenggang rasa), dan ngajeni (memuliakan),” ungkapnya.
Sementara itu, AKBP Arif Setiawan menyampaikan beberapa permasalahan yang dapat menyebabkan disintegrasi bangsa, antara lain perbedaan ideologi, iklim politik yang kurang sehat (ketidakdewasaan demokrasi), menurunnya tingkat toleransi ditengah masyarakat, kemajuan ekonomi yang terlambat, kurangnya pemerataan pendidikan, kesejahteraan dan pembangunan. Selain itu juga kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen, kurangnya kesadaran dari masyarakat Indonesia terhadap ancaman dan gangguan dari luar, dan kurang bijaknya dari kelompok dan perorangan yang mengunggah konten sara yang dapat mengarah disintegrasi.
”Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk mencegah disintegrasi bangsa, di antaranya memutus, menghentikan pahan yang tidak sesuai dengan Pancasila, mendegradasi atau menghapus konten yang dapat menyebabkan disintegrasi bangsa, mengamankan, menangani (memediasi, mengelola, menyelesaikan secara hukum) konflik yang ada di masyarakat secara dini, menanamkan nilai-nilai Pancasila terhadap generasi muda penerus bangsa untuk mendorong mereka agar mengaktualisasi dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kehidupan bermasyarakat, serta meningkatkan kesejahteraan melalui pemerataan pembangunan dan ekonomi,”ungkapnya.
Ketua UKM PIB USM, Rusgiharto mengatakan, kegiatan yang mengambil tema ”Mencetak Generasi Muda yang Berkarakter Pancasila, Menuju Indonesia Emas 2045” itu merupakan bagian program kerja musker Orma USM.
Menurutnya, diskusi kali ini diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan pembekalan bagi generasi muda agar memiliki mutu berkualitas yang berorientasikan Pancasila dan rasa nasionalisme.
”Saya berharap mahasiswa USM sebagai penerus kepemimpinan nasional yang akan menerima tongkat estafet, memiliki dasar karakter Pancasila guna mencapai tujuan pembangunan nasional, karena sekarang ini hampir di semua lini pemerintahan ada yang terpapar radikalisme sehingga mengakibatkan pembangunan terhambat,” ucapnya.