Fakultas
Relawan Muda PKBI belajar bersama Tim Pendamping Psikologi USM-
SEMARANG- Sejumlah relawan muda PKBI Jawa Tengah yang tergabung dalam Pilar PKBI Jawa Tengah mengikuti pelatihan Psychological First Aid (PFA) yang diselenggarakan sebagai bagian kerjasama antara Tim Pengabdian dan Pendampingan Fakultas Psikologi Universitas Semarang dengan PKBI Jateng baru-baru ini.
PFA sendiri merupakan bentuk pertolongan pertama psikologis yang bisa dilakukan oleh para relawan ketika mendampingi seseorang di saat membutuhkan bantuan psikologis.
Pelatihan yang dibimbing oleh psikolog muda dari Fakultas Psikologi USM, yaitu Yudi Kurniawan dan Nanang Irawan, mengajak para relawan untuk meningkatkan kompetensi deteksi dini problem kesehatan mental dengan cara menyadari dan melakukan deteksi kepada diri sendiri dahulu terkait dengan masalah psikologis pribadi sebelum terjun mendampingi klien.
“Hal ini perlu disadari. Karena bagaimana helper atau relawan bisa mendampingi dan membantu klien jika mereka sendiri bermasalah? Secara positif, relawan yang Sehat Mental bisa mempunyai peran dan fungsi yang lebih optimal untuk membantu klien mengatasi masalahnya, dan ini menjadi dasar yang penting.”, demikian disampaikan oleh Yudi.
Dalam pelatihan tersebut, para relawan diajak mengenali tentang konsep kesehatan mental dan pertolongan pertama psikologi, melakukan deteksi dini untuk memindai masalah kesehatan mental dengan menggunakan sistem angket atau beberapa pertanyaan dasar akan masalah, perasaan, serta pemikiran yang dimiliki; dan usaha pencegahan bertambahnya masalah melalui saran penanganan masalah. Selain itu, para relawan juga diajak untuk berdiskusi melalui contoh kasus nyata yang pernah ditemui.
Pada kesempatan diskusi, Rika, salah satu peserta, menyampaikan bahwa pelatihan PFA membuatnya menjadi lebih mengerti bagaimana cara mendampingi klien secara tepat sekaligus menanyakan, sebagai orang awam yang bukan psikologi ataupun psikiater, bagaimana cara menangani seorang remaja yang merasa mengalami kesendirian, tidak ada dukungan, dan bahkan hampir melakukan bunuh diri? Oleh narasumber, pertanyaan tersebut dijawab bahwa di sinilah titik penting pendampingan dengan melakukan PFA. Helper atau relawan dapat melakukan dukungan sosial dengan hadir dan melakukan identifikasi masalah untuk kebutuhan perlindungan secara psikologis. Dalam proses pendampingan tersebut, para relawan juga diingatkan untuk selalu menjaga etika seperti mengedepankan empati, tidak menghakimi, tidak mementingkan diri sendiri, serta dapat memberikan saran atau rekomendasi yang menenangkan dan memampukan klien untuk keluar dari masalahnya tersebut.
“Pada dasarnya, prinsip PFA diperlukan adanya keterampilan relawan dalam memperhatikan, mendengarkan, dan kemudian memberikan bantuan berupa saran atau rekomendasi melalui jejaring kepada pihak yang lebih ahli ketika diperlukan penanganan lebih. Terkait dengan rekomendasi kepada tenaga ahli seperti psikiater atau psikolog, dalam hal ini adalah salah satu tugas relawan pula untuk meyakinkan klien sekaligus upaya menghapuskan stigma atau anggapan bahwa setiap datang ke psikolog ataupun psikiater pasti dianggap bergangguan jiwa.”, pungkas Yudi mengakhiri.