Kemahasiswaan
Seminar Wawasan Kebangsaan: Tri Harmanto: Hati-hati, Gerakan Radikal Selalu Mengintai Kita
SEMARANG – Gerakan-gerakan radikal selalu mengintai setiap orang, Untuk itu, mahasiswa harus berhati-hati dalam bergaul dengan orang yang tidak dikenal, baik langsung maupun melalui media sosial.
Hal itu diungkapkan mantan narapidana teroris, Tri Harmanto yang menjadi pemateri dalam Seminar Wawasan Kebangsaan yang digelar UKM Pengawal Idiologi Bangsa USM di Aula Gedung Prof Ir Joetata Hadihardaja, Gedung V Lantai 6 USM, baru-baru ini.
”Saya berharap, kegiatan ini mampu memberikan gambaran untuk lebih berhati – hati dalam bergaul dengan orang yang tidak dikenal, baik langsung maupun melalui medsos. Sebab gerakan-gerakan radikal ini selalu mengintai kita dan mencari kelemahan kita,” kata Harmanto yang pernah terlibat kasus Bom Bali I.
Kegiatan yang dihadiri 200 peserta itu mengambil tema ”Cara Menangkal Cuci Otak Menjadi Radikalisme”.
Dalam ceramahnya, alumnus Afghanistani tersebut banyak berbagi pengalaman ketika dirinya terlibat dalam radikalisme. ”Mereka mencuci otak saya dan memberikan doktrin-doktrin yang meyakinkan hingga akhirnya saya menjadi radikal,” ujarnya.
Menurutnya, selama dirinya menjadi radikal, hidupnya tidak tenang karena selalu diburu untuk ditangkap, dan akhirnya ketangkap. Ketika tertangkap dan dipidana, katanya, dia baru menyadari bahwa yang dilakukan selama ini salah.
”Alhamdulillah lingkungan membantu saya untuk kembali menjadi baik, hingga akhirnya sekarang hidup layak sebagaimana masyarakat yang lain. Sekarang saya bisa menjadi pengusaha kuliner,” ungkapnya.
Ketua UKM PIB, Rusgiharto mengatakan, tema tersebut sengaja diangkat untuk memberikan edukasi terhadap mahasiswa mengenai bahaya radikalisme yang semakin hari semakin melebar ke semua kalangan termasuk kampus.
”Mahasiswa merupakan generasi emas yang harus kita jaga dan kita tanamkan nilai-nilai Pancasila sebagi filter menangkal radikalisme,” tuturnya.
Pembina UKM PIB USM, Tri Mulyani SH MH mengatakan, UKM PIB USM adalah untuk semua mahasiswa. Untuk itu mahasiswa harus bersama-sama saling bergandeng tangan untuk memperkuat iman agar mampu berfikir jernih, dan berpegang teguh pada Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia.
”Apabila ada oknum yang berupaya menggoyahkan iman kita untuk menjadi radikal, maka kita mampu mengatakan tidak,” kata Tri.