Kampus
Tim PkM USM Beri Pendampingan Pelaku UMKM Jamu
SEMARANG – Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Universitas Semarang (USM) melakukan pendampingan pada pelaku usaha jamu di Jl Tambak Boyo Raya IV, RT. 4, RW. 8, Kelurahan Kalicari, Kota Semarang, baru-baru ini.
Tim PkM terdiri atas Wahyu Puspitasari, Irene Nathalia Setiawan dan C. Tri Widiastuti serta dibantu dua orang mahasiswi Laili Nur Fitriani dan Tiara Bulqis.
Kegiatan dibiayai oleh Universitas Semarang (USM).
Menurut Tri Widiastuti, pelaku usaha yang menjadi mitra dalam kegiatan adalah industri rumahan jamu gendong yang diketuai oleh Ibu Koriyah.
Jamu dibuat dari bahan-bahan alami berupa bagian dari tumbuhan, seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan, kulit batang, dan buah. Yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
”Di pandemi Covid-19, jamu gendong banyak dicari masyarakat karena ingin meningkatkan daya tahan tubuh dan hidup sehat. Mitra kegiatan berupaya untuk meningkatkan kuantitas penjualan dan diterima pasar di tengah kondisi pandemi,” katanya.
Tri mengatakan, tujuan kegiatan pengabdian ini untuk meningkatkan pengetahuan mitra terkait pemberian label pada produk jamu gendong dan penggunaan media online untuk pemasaran produk yang familiar di lingkungan masyarakat.
Pemberian label berfungsi memberikan informasi terkait produk yang dijual. Sedangkan penggunaan media online untuk memasarkan produk secara lebih luas dengan biaya yang murah.
”Dengan pengetahuan yang dimiliki, mitra dapat menambah label pada produk jamunya dan memasarkannya melalui media online. Kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan memberikan pelatihan menggunakan media online untuk pemasaran produk.
Materi pelatihan media online Whatsapp (WA), Whatsapp (WA) merupakan aplikasi pesan lintas platform yang memungkinkan pengguna mengirim pesan, dokumen, gambar, melakukan panggilan suara serta video tanpa menggunakan pulsa,” tambahnya.
Whatsapp, katanya, merupakan media yang efektif membantu pelaku usaha memasarkan produknya dengan mudah dan lebih luas jangkauannya karena hampir semua orang menggunakan Whatsapp.
Dengan pemasaran online, jangkauan promosi semakin luas dan tidak terbatas, konsumen dapat dengan mudah menemukan produk jamu gendhong “Ibu Koriyah” yang di jual melalui media online.
”Kegiatan pengabdian tidak hanya pelatihan, tim PkM Universitas Semarang juga memberikan pendampingan berkala kepada mitra. Mitra dipantau secara periodik untuk melihat perkembangannya dan dilakukan evaluasi terhadap implementasi hasil pelatihan. Kami berharap, kegiatan ini memberikan dampak yang positif peningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sinergitas ini terus berlanjut.
Wahyu Puspitasari selaku ketua Pelaksana Tim Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Semarang mengatakan, label dan pengembangan produk kemasan ini tidak hanya sebagai sarana yang memberikan informasi secara menyeluruh terkait produk jamu gendong Ibu Koriyah, melainkan ke depan dapat meningkatkan eksistensi produk olahan jamu tersebut.
”Produk kemasan yang selama ini digunakan oleh mitra pengabdian kami adalah plastik bening sederhana yang mana kemasan tersebut hanya berfungsi sebagai wadah saja tanpa mengetahui kelayakan kemasan tersebut untuk memenuhi standar kelayakan. Pengembangan produk kemasan ini sangatlah penting guna menjaga keamanan, kualitas produk jamu supaya tetap terjaga, dan menarik konsumen,” ujarnya.
Irene Nathalia Setiawan selaku anggota mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengelola sumber dana yang diberikan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Semarang.
Dia bertugas membuat rancangan anggaran dana pelaksanaan kegiatan pengabdian guna mengetahui pengalokasian dana tersebut digunakan untuk apa saja sehingga terjadi transparansi dalam laporan keuangan yang dibuat.
Laili Nur Fitriani dan Tiara Bulqis sebagai mahasiswi yang membantu pelaksanaan kegiatan melakukan pengambilan gambar dan perekaman video selama kegiatan PkM.
Selain itu juga mengelola kehadiran tiap-tiap anggota pengabdian sekaligus berperan sebagai seksi konsumsi yang membantu dalam kesuksesan kegiatan PkM Universitas Semarang.
Dia berharap, kegiatan ini dapat memberikan gambaran serta membantu para pengusaha jamu ataupun produk dalam kemasan lainnya agar dapat lebih inovatif dalam pemberian label serta kemasan pada produk yang mereka jual.
Dengan begitu, eksistensi dari tiap-tiap produk dalam kemasan dapat berlanjut dan meluas hingga ke seluruh penjuru pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri.
”Apabila eksistensi produk dalam kemasan ini sukses, tersebar luas dan dikenal banyak konsumen pastinya dapat meningkatkan omzet penjualan,” tandasnya.