Kemahasiswaan
UKM PIB USM Gelar Diskusi, Tri: Radikalisme Masih Mengancam Indonesia
SEMARANG – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pengawal Ideologi Bangsa (PIB) Universitas Semarang (USM) mengadakan Diskusi Mahasiswa untuk menangkal radikalisme, baru-baru ini.
Kegiatan ini diadakan secara luring di Gedung V lantai 6 Universitas Semarang yang dihadiri oleh 196 peserta. Kegiatan ini mengambil tema ”Cara Menangkal Cuci Otak Radikalisme”.
”Kegiatan ini dilakukan karena zaman sekarang ini banyak pemikiran-pemikiran radikal yang bermunculan. Untuk itulah kami menggelar diskusi ini untuk menangkal konflik serta isu-isu radikalisme yang menjamur, sehingga tidak ada lagi yang terpapar paham radikal,” kata Ketua Umum UKM PIB USM, Rusgiharto.
Dia berharap, melalui diskusi ini para mahasiswa, khususnya mahasiswa USM dapat terjaga dari bahaya radikalisme. ”Misalnya ada yang tidak sengaja terpapar bisa segera ke jalan yang benar dan kembali cinta Indonesia dan nasionalisme,” ujar Rusgiharto.
Narasumber kegiatan ini Pembina UKM PIB USM Tri Mulyani SPd SH MH dan Ketua Yayasan Gema Salam, Joko Triharmanto.
”Dulu ada preman kampong namanya Sumarno yang ingin bertobat ke jalan yang benar. Pada saat proses bertaubat, preman ini bertandang dari satu pengajian ke pengajian lain. Akhirnya dia bertemu kelompok ISIS. Setiap pertemuan dia selalu di doktrin oleh kelompok tersebut dan akhirnya menjadi radikal. Akhirnya orang ini dipenjara dan ditampung oleh yayasan Gema Salam. Yayasan ini adalah organisasi yang menampung bekas napiter radikalisme. Agar kita terhindar dari radikalisme khususnya di lingkungan kampus, di antaranya memiliki sikap toleransi dan aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan di kampus, baik akademik, sosial, budaya atau olahraga,” ujar Joko.
Tri mulyani mengatakan, bahaya radikalisme masih mengancam Indonesia. Atas dasar itu UKM PIB akan terus mewujudkan visi yang telah dicanangkan yakni menangkal radikalisme, intoleran, terorisme.
”Diskusi ini diadakan untuk memberikan pembekalan bagi para generasi muda utamanya dan mahasiswa khususnya terkait bahaya suatu tindakan radikalisme, sehingga menumbuhkan pemahaman akan kesadaran toleransi dalam berkehidupan yang beradab, berke-Indonesiaan, serta bersih akan paham radikalisme,” tandasnya.