Deputi Kesbang Kemenko Polhukam RI Beri Kuliah Umum Kepada Mahasiswa USM.
SEMARANG – Deputi VI/Kesatuan Bangsa Kemenko Polhukam Dr Janedjri M Gaffar MSi, memberikan materi tentang “Pembinaan Kesadaran Bela Negara Serta Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara” kepada 800 lebih mahasiswa Universitas Semarang (USM), saat kuliah umum secara hybrid yaitu daring dan luring, pada Sabtu (19/3).
“Perguruan tinggi dan mahasiswa yang menekuni dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peran strategis dalam pertahanan negara melalui pembinaan kesadaran bela negara,” ungkap Dr Janedjri.
“Spektrum bela negara saat ini tidak selalu dalam bentuk aktivitas fisik mengangkat senjata, tetapi meliputi segala upaya untuk memperkuat negara dalam mewujudkan cita-cita nasional,” lanjut Dr Janedjri.
Hadir dalam kesempatan tersebut Prof Sudharto P Hadi PhD (Ketua Pembina Yayasan Alumni Undip), Prof Dr Ir Kesi Widjajanti SE MM (Ketua Pengurus Yayasan Alumni Universitas Diponegoro (Undip), Dr Supari ST MT (Rektor Universitas Semarang), serta para wakil rektor dan dekan fakultas USM.
Dalam sambutannya Ketua Pembina Yayasan Alumni Undip Prof Sudharto P Hadi PhD menambahkan bahwa ketika di tempat kerja nantinya, masalah di dunia kerja tidak bisa diselesaikan dengan satu bidang ilmu namun dengan pendekatan berbagai multidisiplin.
“Inilah pentingnya soft skill, pentingnya kerja sama dengan pihak lain, pandanglah USM ini seperti kawah candradimuka untuk menggodok anda bukan saja ahli terampil tetapi juga memiliki kekampuan kepemimpian, kemampuan komunikasi dan kerjasama sehingga kelak lulusan USM adalah lulusan sarjana yang paripurna yang bukan saja ahli tetapi dilengkapi kemampuan memecahkan masalah dengan baik,” sambut Prof Sudharto.
Kemudian dalam sambutannya Prof Dr Ir Kesi Widjajanti SE MM berharap para mahasiswa terus memiliki rasa semangat dalam belajar untuk bisa meraih kesuksesan dan mampu mengambil ilmu sebanyak-banyaknya saat sedang menuntut ilmu di USM.
“Dan kami berharap semua mahasiswa bisa meraih sukses, jangan malas untuk belajar, semoga ilmu yang didapat dari USM bisa bermanfaat dan mendapat keberkahan,” sambut Ketua Pengurus Yayasan Alumni Universitas Diponegoro (Undip).
Sementara itu, dalam sambutannya Dr Supari ST MT menekankan kepada para mahasiswa untuk dapat memanfaatkan fasilitas dan sumber daya yang ada di kampus.
“Jadi relevansi antara kesibukan perguruan tinggi itu didekatkan erat dengan kebutuhan masyarakat. ini saya kira selaras dengan salah satu progamnya mas menteri yaitu Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Oleh karena itu para mahasiswa silahkan memanfaatkan sebesar-besarnya semua fasilitas dan sumber daya yang ada di USM,” ungkap Dr Supari.
Deputi Kesbang Kemenko Polhukam menekankan bahwa, Mahasiswa sebagai bagian generasi muda berpotensi menjadi pelopor dalam persatuan dan kesatuan sebagaimana pendahulu pejuang kemerdekaan yang mampu mempersatukan berbagai elemen masyarakat.
“Mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan tinggi di universitas, selain menimba ilmu pengetahuan dan teknologi, juga harus meningkatkan rasa nasionalisme yang merupakan kesadaran setiap anggota bangsa sebagai bagian dari bangsa besar, berkewajiban mencintai dan membela negaranya,” jelas Gaffar.
“Membela negara sesungguhnya tidak hanya menjadi hak dan kewajiban konstitusional, melainkan juga kewajiban moral setiap warga Negara. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Konstitusi kita, yaitu Pasal 27 ayat (3) UUD 1945,” lanjut Dr Janedjri.
Dr Janedjri M Gaffar MSi menjelaskan bahwa, bela negara adalah sikap seseorang dalam menjaga kedaulatan negara, yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
“Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara,” jelas Deputi Kesbang Kemenko Polhukam
Deputi Kesbang Kemenko Polhukam menerangkan bahwa, Perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, dan komunikasi sangat mempengaruhi pola dan bentuk ancaman.
“Ancaman terhadap kedaulatan negara yang semula bersifat konvensional (fisik), saat ini berkembang menjadi bersifat multidimensional (fisik dan nonfisik), baik yang berasal dari internal/dalam negeri maupun eksternal/luar negeri,” terang Dr Janedjri.
Faktor
Kemudian Dr Janedjri M Gaffar MSi menambahkan, Setidaknya terdapat beberapa faktor internal yang dapat menjadi ancaman bagi keutuhan bangsa dan negara.
“Pertama, muncul dan berkembangnya sikap intoleransi dalam masyarakat. Kedua, semangat primordial dan lebih senang menilai budayanya lebih baik dari budaya lain serta tidak memberikan penilaian yang adil terhadap berbagai budaya yang berbeda-beda. Ketiga, politik identitas dan SARA,” ucap Deputi Kesbang Kemenko Polhukam.
Sementara itu, Deputi Kesbang Kemenko Polhukam mengatakan faktor eksternal yang menjadi ancaman terhadap keutuhan bangsa dan negara, antara lain bersumber dari pengaruh globalisasi yang tidak terkelola secara baik.
“Globalisasi yang disertai dengan kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi telah mengubah hubungan antar-bangsa dan antar-manusia dalam membangun hubungan sosialnya. Dengan teknologi, informasi, dan komunikasi yang ada, batas antar-bangsa dan negara nyaris tidak ada lagi,” ucap Dr Janedjri .
“Secara lebih khusus, media sosial menjadi sarana pertukaran informasi dan sarana komunikasi tanpa filter, sehingga halhal negatif dan tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa dengan mudah masuk dan mempengaruhi cara pandang dan berpikir anak bangsa,” imbuh Dr Janedjri.